Wisata Edukasi di Hutan Mangrove “Demang Gedi”

Minggu, Januari 07, 2018

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Demang Gedi Hutan Mangrove Purworejo

Pernah mendengar kata “Demang Gedi” sebelumnya? Saya rasa banyak yang akan membalasnya dengan satu jawaban yang sama :

“Belum.”

Hehehe, tak usah khawatir, mari saya ajak kalian untuk berpiknik virtual melihat hijau dan rindangnya kawasan hutan mangrove yang terletak di sisi selatan Pulau Jawa ini, tepatnya berada di Desa Gedangan, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo - Jawa Tengah.

Let’s the trip begins…
***

Gedangan yang Sudah Berubah…
Tak seperti desa pesisir pada umumnya yang menjadikan pantai sebagai tujuan wisata utama, warga Desa Gedangan - Kabupaten Purworejo, lebih memilih untuk mengembangkan tanaman mangrove sebagai destinasi unggulan wisata alam di desa mereka. Ya, mangrove. Tanaman yang dikenal sebagai pohon penahan abrasi ini mulai dibudidayakan akhir tahun 2016 lalu oleh kelompok tani mangrove Desa Gedangan, dibawah bimbingan sebuah lembaga sosial kemasyarakatan bernama Komunitas Mangrove Purworejo atau lebih dikenal dengan nama Komangjo Foundation.

Demang Gedi Hutan Mangrove Purworejo
Lokasi Pembibitan Mangrove

Belum lama memang. Baru satu tahun lebih beberapa bulan, jika kita hitung dengan bilangan usia.

Meskipun masih terbilang muda, namun perjalanan hingga menyentuh angka satu tahun pun bukan sebuah perkara yang mudah. Banyak drama yang harus dilalui tim dari Komangjo Foundation untuk bisa merealisasikan cita – cita mereka, demi terciptanya kawasan hutan mangrove yang hijau dan asri. Mulai dari banyaknya bibit mangrove yang gagal tumbuh karena hanyut dan busuk terbawa arus sungai, hingga sulitnya mengajak warga desa untuk turut andil dalam menggarap hutan mangrove. Masyarakat Desa Gedangan yang sebagian besar menggantungkan hidupnya dari hasil panen tambak udang ini, lebih memilih mengurus tambak dibanding memikirkan keberlanjutan program yang dipelopori oleh teman - teman dari Komangjo. Ya, karena secara finansial, mereka sudah terbiasa mendapatkan penghasilan utama dari tambak udang yang dikelola secara pribadi dan masih enggan untuk beralih profesi.

Tetapi, syukur - alkhamdulillah, semua drama diatas tidak berlangsung lama. Masalah – masalah yang terjadi dapat teratasi berkat semangat dan kerjasama yang terjalin dengan baik, antara tim Komangjo Foundation dengan warga desa hingga saat ini.

Demang Gedi Hutan Mangrove Purworejo

Demang Gedi Hutan Mangrove Purworejo

Demang Gedi Hutan Mangrove Purworejo

Semangat Komangjo Foundation untuk membuat sebuah ekosistem hutan mangrove di Desa Gedangan sebenarnya bukan tanpa alasan. Selain digunakan sebagai kawasan wisata, alasan utama yang mendasari timbulnya gerakan ini adalah untuk menciptakan sebuah lahan konservasi di sekitar pesisir selatan Purworejo, khususnya Desa Gedangan itu sendiri.

Kenapa lahan konservasi?

Tidak lain dan tidak bukan, karena saat itu mulai banyak bermunculan usaha tambak udang yang telah mengubah keadaan desa. Gumukan pasir yang secara alami menjadi pembatas antara permukiman warga dengan pantai, semakin hari kian menipis dan berubah menjadi ratusan tambak udang baru. Kawasan pesisir yang awalnya lestari pun mulai terancam dan semakin beresiko terkena bencana karena budidaya udang yang menghasilkan limbah. Melalui gerakan inilah, Komangjo, yang di ketuai oleh Mas Sapto Pamungkas, ingin mengubah pola fikir masyarakat bahwa budidaya udang juga harus memperhatikan keseimbangan dengan lingkungan sekitar. Dengan begitu, lingkungan pun tetap aman meskipun terdapat aktivitas dari ratusan tambak udang.

Demang Gedi Hutan Mangrove Purworejo
Tambak Udang yang Masih Bisa Kita Jumpai disekitar Hutan Mangrove

Gedangan, Demang Gedi dan Sebuah Kawasan Edukasi…
Impian warga Purworejo untuk memiliki kawasan konservasi mangrove pun telah terealisasi dengan hadirnya “Demang Gedi”. Desa Mangrove Gedangan Purwodadi. Sebuah branding unik untuk mengangkat hutan mangrove di pesisir Purworejo, sebagai sebuah kawasan yang memadukan antara kebutuhan wisata, konservasi, serta edukasi.

Setelah ±1 tahun berjalan, usaha dan kerja keras masyarakat dengan Komangjo Foundation pun berbuah manis. Gedangan yang dahulu redup – redam, dengan perlahan kini mulai bersinar. Desa yang dahulu hanya mengandalkan udang sebagai sumber penghasilan utama, kini mulai terkenal sebagai destinasi wisata alamnya. Nama Desa Gedangan pun semakin populer di wilayah Kabupaten Purworejo dan beberapa kota tetangga.

Demang Gedi Hutan Mangrove Purworejo

Demang Gedi Hutan Mangrove Purworejo

Sepintas, hutan mangrove Demang Gedi memang seperti hutan mangrove pada umumnya. Sebuah kawasan pesisir yang ditumbuhi dengan lebatnya pohon mangrove dengan akar tunjangnya, serta dilengkapi dengan jembatan kayu sebagai jalan penghubung antara titik satu dengan titik lainnya.

Satu hal yang membedakannya dengan hutan mangrove lain adalah, adanya paket edukasi yang ditawarkan khusus bagi instansi atau komunitas tertentu. Paket edukasi ini nantinya akan diisi materi serta kegiatan terjun langsung ke lapangan, mulai dari pengenalan mangrove, pembibitan, penanaman hingga perawatan agar tanaman pantai ini bisa tumbuh dan berkembang dengan sempurna.
Demang Gedi Hutan Mangrove Purworejo
Aktivitas Paket Edukasi di Demang Gedi

Tak cukup sampai disitu. Demang Gedi juga menawarkan cara untuk menikmati hutan mangrove dengan sensasi berbeda dari biasanya.

Coba saja untuk berkeliling menggunakan perahu mesin yang ada, atau jika kalian punya “nyali lebih” dan suka dengan tantangan, bisa mencoba sensasi susur hutan mangrove Demang Gedi menggunakan kayak ( kano ) dengan panjang trek kurang lebih 2 – 3 km. We – O – We banget kan? Tapi ingat, fasilitas paket edukasi dan ber-kano ria baru bisa kalian nikmati setelah melakukan reservasi dengan pihak pengelola sebelumnya.

Demang Gedi Hutan Mangrove Purworejo

***
Bagaimana, tertarik untuk pergi wisata sekaligus belajar lebih dalam tentang dunia mangrove? Datang saja ke Desa Mangrove Gedangan Purwodadi – Purworejo, ya…

Petunjuk Arah Menuju “Demang Gedi” :
Dari arah Pantai Jatimalang : Setelah perempatan lampu merah Jalan Daendels, jalan lurus ke timur ±3.5 km. Nanti ditengah – tengah pembatas jalan akan ada papan petunjuk dan tulisan “Demang Gedi” berukuran cukup besar. Belok kanan dan ikuti petunjuk jalan selanjutnya.


Dari arah Jogja : Masuk ke Jalan Daendels, setelah jembatan Sungai Bogowonto, ±1.5 km lagi akan kita jumpai papan petunjuk dan tulisan “Demang Gedi” berukuran cukup besar. Belok kiri dan ikuti petunjuk jalan selanjutnya.

Harga Tiket (Update per Januari 2018) :
Tiket Masuk : Rp 4.000,-
Tarif Parkir Motor : Rp 2.000,-
Tarif Parkir Mobil : Rp 5.000,-
Tarif Parkir Bus Besar : Rp 15.000,-

Fasilitas :
Toilet – Tempat Parkir – Warung Makan

Destinasi Wisata Terdekat :
Pantai Jatikontal & Pantai Jatimalang (Purworejo – Jawa Tengah)
Hutan Mangrove Pantai Pasir Kadilangu & Pantai Congot (Kulonprogo – Jogjakarta)


You Might Also Like

37 comments

  1. Aku Terakhir kali ke Taman mangrove pas di pekalongan
    Fasilitasnya ga beda jauh sama ini tapi di pekalonganmah Gratis seumur hidup wkwk

    Eh Demang Gedi artinya apa si ? apa ada tulisan yang aku lewati ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lah, kurang teliti ini bacanya. Demang Gedi itu singkatan dari Desa Mangrove Gedangan Purwodadi, bang...

      Hapus
    2. Kalau aku terakhir ke Mangrove ada yang di daerah Bantul sih, kalau sebelum itu di Pangandaran, Mas..

      Btw, ini masuknya murah ya, udah gitu tempatnya bagus juga. Aku rasa ini hal baru, masih asing sama demang gedi aku, Mas. Nice info ya, kalau aku bisa kesitu, pengen buat video lagi jalan aja gitu di sepanjang jembatannya..hehe

      Btw, bangku dari drumnya keren juga ya. Aku waktu sosialisasi ke salah satu SMK di Kebumen juga di kantornya pake bangku gitu lho, Mas..he

      Btw, mana foto Mas Wisnu nih, asa nggak keliatan euy :D

      Hapus
    3. Oalah ternyata eta kepanjanganya toh, apantas aku muter-muter ga nemu artinya wkwk

      Hapus
    4. Andi Nugraha : Cobalah main ke Demang Gedi mas, deket ini dari Jogja. Ini desa bener-bener berbatasan langsung sama Kulonprogo, jadi gampang banget kalau mau berkunjung kesini. ---- Foto pribadi disave di kartu memory aja, takut dipublish XD

      Khairul Leon : Nah....

      *Ini berasa bales komen di Facebook jaman kapan taun, dah*

      Hapus
    5. Pengen sih, tapi belum ada waktu yang pas aja nih, Mas..he
      Nanti lah nunggu waktu..

      Ini udah dibales to, kok nggak di tag nama akunku, biar ada pemberitahuan gitu..haha #Balaskayakdifacebook :D

      Hapus
  2. Yang susur kawasan mangrove pake kano itu menantang. Tapi..sayang mesti pesan. Kedua, aku takut kano ku mbalik..nggak bisa berenang..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe, tenang mbak. Bakal dapet pelampung kok kalau minat buat naik kano. So, still safety lah :D

      Hapus
  3. Baca harga tiketnya saya mau marah nih! Di Jakarta kalau nggak salah inget, biaya masuk berdua sekaligus motor itu Rp55.000~ Taek. :(

    Terus, nggak ada tuh sepertinya paket edukasi. Ya, emang lebih untuk eksis foto-foto menurut saya, sih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namanya juga ibukota, harganya pasti jauh lebih mahal :D
      Lagian mungkin kalau disana kan bener-bener murni buat destinasi wisata dan dikelola sama pihak-pihak "pemegang saham" berdasi, wajar lah...

      Nah, satu keunggulan lagi kalau di Demang Gedi itu minim spot kekinian buat foto hits ala-ala. Ya ada, tapi cuma satu dua doang. Karena memang tujuan utamanya buat konservasi sama edukasi, jadi pengunjung bener-bener dimanjain sama hijaunya mangrove sama semilir angin tepi laut :)

      Hapus
    2. Okelah, harga segitu di Ibu Kota nggak apa-apa. Tapi tetep males sama peraturan yang cuma boleh motret pakai ponsel. Camdig, DSLR, mirrorless itu kena tambahan satu juta atau lebih. Seolah semua wisatawan dianggap mau foto prawed atau apalah itu. Udah repot bawa-bawa kamera, eh cuma ditaruh tas aja. Kan, jengkel~ :)

      Hapus
  4. Keren juga lokasi hutan mangrovenya...
    Jadi inget sama hutan mangrove yang ada di ujung pulau tempat tinggal ane,,,

    BalasHapus
  5. Bisaan aja emang jaman sekarang tuh. Apa yah, setiap sudut kota kayaknya jadi perhatian pemerintah gitu. Dibagusin, dirapihin. Dikasih ornamen2 gimana caranya bair bagus untuk tempat foto wkwkwk.

    Bagus sih, sehingga banyak orang yang tertarik....sambil belajar juga xD

    Saya salut dengan pak Sapto. Salut banget. Beliau ada niat dan gerakan nyata untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjada alam. Salah satunya ya lewat mangrive ini. Kalau gak gitu, nanti abrasi merajalela /halah/ huehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Zah, alkhamdulillah sekarang Purworejo juga mulai berbenah diri buat nyambut wisatawan yang dateng ke kabupaten ini.

      Yes, walaupun diawal-awal ada beberapa warga yang menolak idenya, finally sekarang mulai keliatan hasil dari kerja keras beliau dan kawan-kawan. Congrats, Pak Sapto :D

      Hapus
  6. penasaran pingin naik kano nya..

    BalasHapus
  7. Pantai selatan purworejo ternyata landai ya? Kupikir sm dg kebumen atau gunungkidul yg cenderung kawasan karst hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Landai semua, Mas Jo.
      Landai dan berpasir hitam. Ngga ada tebing - tebing karst sama sekali.

      Hapus
  8. Panas gak di sana? Aku sudah dua kali ke hutan mangrove kok panas banget ya, sampai gak kuat soale jadi pusing

    BalasHapus
    Balasan
    1. Panas mbak ev, tapi berhubung waktu saya main kesini pas mendung...jadi kalaupun mau mampir kesini siang hari insyaallah aman-aman aja sih. Mendung-mendung syahdu.

      Kalau mau kesini mah mending pagi atau sore hari biar bisa sunset'an pakai kano :D

      Hapus
  9. aku pingin foto di atas drum itu
    entah sama siapa
    btw masuknya murah ya
    campur tangan dari LSM itu juga sering dibutuhkan masyarakat yg mau kelola wisata di daerahnya
    paling enggak konsepnya dapet

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bawa gandengan sekalian mba, biar jadi foto pre-wedd? XD

      Iya, jadi bisa kolaborasi ide buat nggarap wisata ini mau diolah seperti apa dan mau dibawa kemana.

      Hapus
  10. selalu menyenangkan melihat latar belakang konservasi mangrove ini. menarik karena banyak mengubah mindset masyarakat begitu susah, namun dengan terus menerus dan baik insyallah masyarakat pun ikut terjun untuk memperbaiki mangrove ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. alkhamdulillah, perlahan mindset mamsyarakat Desa Gedangan pun mulai berubah dan mendukung gerakan untuk konservasi daerah pesisir di wilayahnya, mas. Dan hasilnya pun sudah bisa dinikmati meskipun masih perlu banyak pembenahan agar lebih maksimal.

      Hapus
  11. ini seperti di daerah saya di medan , daerah pesisir seperti percut juga seperti ini juga , banyak manfaat dari hutan mangrove yah , selain untuk mencegah air pasang laut, mangrove juga bisa diolah jadi makanan disini ,,
    bagus artikel nya mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bang.
      Saya sempet baca juga itu beberapaolahan dari mangrove, bisa dibuat menjadi tepung mangrove, sirup dan keripik ( kalau ngga salah tapi^^ )

      Hapus
  12. Icon Demang Gedi di foto pertama bagus, lucu.

    Aku kayaknya pernah ke sini (ragu gitu) Januari tahun lalu, mau dibikin postingan dokumentasinya ilang, jadi lupa, deh.
    Ke hutan mangrove di daerah Purwodadi tapi waktu itu gak ada tulisan "Demang Gedi" yang eye catching itu... tapi tapi ada tambak udangnya, kayaknya bener deh, ini... di Purworejo cuma satu ini, kan, mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, di Purworejo baru ada satu ini.
      Apa jangan-jangan masuknya ke mangrove yang di daerah Kulonprogo? Larena memang letaknya deket banget sama hutan mangrove Wana Tirta & Pantai Pasir Kadilangu :)

      Hapus
    2. Abis nanya sepupu, iyaaa... yang ku datangi itu hutan mangrove yang di Kulonprogo ternyata, hehe.

      Hapus
  13. Wisata di alam memang lebih menyenangkan
    karena otak terasa di refresh, apa lagi lihat yang hijau hijau seperti itu
    ditambah lagi wisata edukasinya tentang mangrove, bagus ini untuk wisata keluarga. Mengajarkan anak pentingnya menjaga ekosistem lingkungan
    nanti tapi kalo saya punya anak hehe

    BalasHapus
  14. wah harga tiketnya sangat terjangkau

    -travelling addict

    BalasHapus
  15. Mantap bisa eksplorer di hutan manggorovekeren yah bang wisnu

    BalasHapus
  16. ternyata hutan mangrove kalau di kelola bagus juga ya. di sekitaran pontianak ada mas hutan mangrove dan lumayan luas wilayahnya. tapi gak dikelola seperti di demang gedi, jadinya gak menarik kalau dikunjungi bagi orang umum. kan kalau di kelola bisa juga menarik retribusi untuk pemeliharaan hutan mangrove tersebut.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tujuan utamanya mungkin memang hanya dijadikan sebagai hutan alami pak. Makanya tidak dikelola seperti destinasi wisata pada umumnya. *Mungkin*

      Hapus
  17. Belum lama ini saya liat beritanya di tv mengennai hutan mangrove, sayangnya petugas yang menangani masalah ini sangat minim padahal fungsi mangrove sangat banyak dalam menjaga kelestarian lingkungan.

    BalasHapus
  18. sebelumnya aku belum pernah main ke hutan mangrove, hahaha...
    salut sama mas sapto, beliau punya pemikiran jangka panjang untuk kelestarian lingkungan. sebenernya g heran sih, masyarkat kita kurang melek sama pelestarian lingkungan, padahal kunci penting agar hidup kita besinergi dengan alam adalah melestarikannya, g cuman mengeruk habis-habisan sampai lupa kalau mereka bisa punah bila waktunya tiba dan akhirnya kita ikut punah karena lupa dengan alam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sungguh? Makanya, mainlah ke Purworejo biar bisa dateng ke Hutan Mangrove Demang Gedi. ---->Promosi ala-ala duta wisata daerah :D

      Hapus

Yakin udah di baca? Apa cuma di scroll doang?
Yaudah, yang penting jangan lupa komen yes?
Maturnuwun ^^

FIND BLOGPOST

Total Viewers