Mie Ayam War : Mie Ayam Trikidjo Solo vs. Mie Ayam Tumini Jogja. Siapa Pemenangnya?
Jogjakarta Jumat, Mei 25, 2018
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّØْÙ…َÙ†ِ اارَّØِيم
Masih ‘demam’ Infinity
War-nya Avengers nggak sih? Apa udah kegeser sama film Deadpool 2 – superhero
kocak ala Marvel dengan kostum merah – hitamnya? Ah, tak apalah, meskipun sama
– sama ada kata ‘WAR’ di kalimat judul, tapi tulisan ini juga nggak ada
hubungannya sama dua film di atas, kok. Nguehehe…
Kali ini saya ingin
mencoba jadi food blogger ala – ala.
Berbekal rasa penasaran dan kemampuan mereview makanan ala kadarnya, saya akan
sedikit menuliskan hasil icip – icip lidah saya terhadap dua mie ayam paling
melegenda, populer bin famous, di
seantero bumi Solo Raya dan Jogjakarta. Mie Ayam Trikidjo yang terletak di
daerah Solo, serta Mie Ayam Tumini yang ada di dekat Terminal Giwangan –
Jogjakarta.
Tapi janji, jangan
ngiler dan pengen mbatalin puasa pas baca tulisan ini lho ya…
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّØْÙ…َÙ†ِ اارَّØِيم
Harta, tahta, wanita,
dan kuota. Katanya 4 hal inilah yang menjadi tolak ukur kebahagiaan dari
kehidupan laki – laki masa kini. Apa
benar? Jika kalian menanyakan hal itu ke saya, tentu saya akan menjawabnya dengan
kata “YA”, serta menambahnya dengan satu hal yang jauh tidak kalah penting manfaatnya
bernama “kesehatan”.
Ya, kesehatan. Sebuah
kenikmatan yang bisa memunculkan beragam kebahagiaan bagi manusia, namun sering
dianggap remeh keberadaannya.
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّØْÙ…َÙ†ِ اارَّØِيم
TPA, which means a landfill alias Tempat Pembuangan Akhir, bukan Tempat Pendidikan
Al-Qur’an, ya? Hehe…
Hari itu kebetulan
saya pas di rumah. Istilahnya sedang mudik ke Purworejo. Dan apakah kalian
tahu, apa satu agenda rutin yang selalu saya kerjakan selama di rumah, selain
makan dan tidur?
Bukan sulap bukan
sihir, ini dia…..MOMONG PONAKAN.
( ( Tolong tepuk
tangannya….. ) )
( ( Prok….prok….prok….)
)
Nah, berhubung saya
pengen nyari sensasi lain saat “momong”, tak ajaklah itu dua ponakan jalan –
jalan (tapi naik motor) tanpa tujuan. Iya, nggak jelas banget memang. Pokoknya
muter – muter gitu aja. Toh mereka
berdua juga seneng – seneng aja. Hahaha…
Setelah hampir 45 menit berpanas – panas ria mengendarai motor mengikuti jalanan beraspal, tanpa sengaja, kami bertiga malah sampai di depan sebuah pintu gerbang TPA alias Tempat Pembuangan Akhir yang berada di desa tetangga. TPA Gunung Tumpeng namanya. Oke, mari mampir dulu…
Baca Juga : Wisata Edukasi di Hutan Mangrove “Demang Gedi”