Terlihat sosok ibu berusia
senja
berjalan perlahan menuju keramaian. Dengan selembar kain jarik merah bermotif
bunga mawar, ia menggendong beberapa gulungan tikar di belakang punggungnya.
Usianya memang tak lagi muda, namun semangatnya untuk mencari rezeki, masih
jelas terlihat melalui genggaman tangannya ketika mengayunkan tongkat kayu yang
beliau gunakan untuk membantunya berjalan.
Searah
dengan langkah sang “ibu tikar”, nampak puluhan pria dewasa berjajar menawarkan
jasa kuda wisata. Bak sebuah tim marketing yang tengah bersaing, para joki kuda
pun saling berlomba menjemput bola. Dua hingga tiga kalimat bujukan coba mereka
keluarkan layaknya sebuah pariwara sederhana penarik massa. Respon pengunjung
pun beragam. Ada yang menawar, ada pula yang terus melenggang mengikuti
rombongan para pejalan.
Tak
jauh berbeda, di sisi kanan – kiri jalan, kumpulan pedagang lokal tengah
bersiap untuk ikut meramaikan suasana khas tempat pelancongan. Aneka macam
barang dagangan sudah mereka gelar untuk menarik perhatian wisatawan. Mulai
dari cendera mata, minuman untuk melepas dahaga, gorengan dan makanan ringan, serta
tak lupa, aksesoris multifungsi seperti kacamata hitam dan topi untuk
meminimalisir teriknya terpaan cahaya matahari ketika berada di sekitaran candi.