Momen Berkesan Saat Jadi Anak SD

Jumat, Oktober 02, 2020

 بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Kenangan anak SD 90an

Fix! Jadi anak-anak itu memang enak. Mau main, tinggal main. Mau makan, tinggal ambil. Bangun tidur bisa langsung nonton kartun. Sore hari setelah mandi, berangkat ngaji. Malemnya, bisa tidur nyenyak sampai pagi. Nggak ada tuh, malem-malem bingung mikirin beban hidup. Apalagi sampai over thinking ngurusin hidup orang lain. Asal semua kebutuhan dan kegiatan yang saya sebutkan di atas terpenuhi dan terlaksana dengan paripurna, yang ada kita mah, happy-happy aja.

Berangkat sekolah seneng. Di sekolah masih bisa haha-hihi dan ngobrol sana-sini. Topik obrolan kita pun waktu itu masih terbilang sangat ringan. Pol-polan juga hanya seputar hobi dan acara televisi.

Kalau sekarang? Bahasannya masa depan dan pencapaian, gaes. Berat.

Nggak heran, misal otak sudah terlalu jenuh dengan urusan-urusan orang dewasa, kadang momen-momen masa kecil itu bisa melintas di pikiran saya. Apalagi memori saat jadi bocah berseragam putih merah. Banyak banget yang memorable dan bikin seneng. Kalau diinget-inget, ya, sebenarnya peristiwa yang saya alami semasa SD sangatlah sederhana. Tapi bisa bikin bahagia.

MOMEN-MOMEN YANG BERKESAN SAAT SD

1. Kelas satu dan kelas dua gurunya sama.

Kalau saya tidak salah ingat, nama lengkap beliau adalah Pak Hendro Sunaryo. Guru kelas yang mengajar saya selama dua tahun berturut-turut, karena beliau memegang dua kelas sekaligus.

Saya kurang tahu kapan tepatnya beliau diamanahi menjadi wali kelas satu dan kelas dua secara bersamaan, tapi sepanjang yang saya tahu, sebelum saya masuk SD pun, Pak Naryo ini sudah dikenal menjabat sebagai guru sekaligus wali kelas satu dan kelas dua.

Untuk mempermudah beliau dalam mengajar, jam masuk dari dua kelas ini dibuat berbeda. Kelas satu dimulai dari pukul tujuh hingga pukul sembilan (atau sepuluh, saya agak lupa), kemudian anak-anak kelas dua, akan masuk setelahnya. Yaitu sekitar pukul sembilan atau sepuluh, hingga pukul dua belas siang.

Dua tahun menjadi anak didik Pak Naryo, alkhamdulillah saya bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Di kelas satu jadi makin pinter membaca dan menulis, sementara di kelas dua, ilmu penjumlahan dan pengurangan makin saya kuasai. Bonusnya, selama enam catur wulan duduk di kelas satu dan kelas dua, saya selalu mendapat peringkat satu – dua, satu – dua. Hahaha *senyum kecongkakan*

 

2. Jajanan murah – uang saku cuma 200 rupiah.

Sebagai generasi 90an, uang saku saya dulu selama duduk di bangku sekolah dasar itu seringnya hanya 200 rupiah. Kalau mau lebih, ya, sering-seringlah menginap di rumah mbah. Karena dari orang tua yang saya panggil sebagai mbah kakung dan mbah putri ini, biasanya mengalir dana tak terduga yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang jajan sehari-hari. Mulai dari jajan permen seharga lima puluh rupiah, hingga jajanan yang terbilang cukup prestige untuk kalangan anak SD di sekolah saya waktu itu, yaitu sebungkus nasi megono dengan harga tiga ratus rupiah.

Modal 300 rupiah udah bisa bikin perut begah, lho! Sumpah!

uang 100 rupiah jadulSumber : wikipedia.org


3. Ada bazar buku. Eh, nemu komik siksa neraka.

Beberapa hari sebelum bazar buku dimulai, biasanya akan ada bapak-bapak yang datang dan membagikan kertas selebaran di sekolah. Selebaran yang setara dengan kertas ukuran A4 dibagi tiga ini berisi daftar judul serta harga buku yang akan dijual selama acara bazar berlangsung. Dari sekian banyak judul buku, yang paling saya ingat tentu saja komik legend berjudul siksa neraka.

Seingat saya, harganya dulu sekitar 1000 atau 2000 rupiah. Dengan ukurannya yang cukup kecil dan jumlah halaman yang bisa dibilang tipis, harga segitu worth it-worth it aja. Apalagi kan target marketnya juga anak-anak SD. Jadi misal dijual dengan harga yang lebih mahal, kayaknya akan susah laku karena peminatnya sedikit.

 

4. Imunisasi a.k.a suntik vaksin yang katanya kayak digigit semut.

Enam tahun berstatus sebagai murid SD, sepertinya saya pernah mengalami dua kali program imunisasi di sekolah. Dan itu, sepertinya juga terjadi saat saya duduk di kelas satu dan kelas dua.

Sebagai junior yang masih polos dan belum begitu paham dunia per-imunisasi-an, sebelum hari H pemberian vaksin, tentu kami sering ditakut-takuti oleh kakak kelas yang jauh lebih berpengalaman. Yang paling sering dan paling saya ingat, jelas sebuah kalimat bernada menyeramkan dengan embel-embel; HEH, NANTI PAS IMUNISASI BAKAL DISUNTIK, LHO!

Namanya anak kecil, mendengar kata “disuntik” tentu sempat menimbulkan sedikit was-was di pikiran. Untungnya, saat di rumah saya sempet nanya ke kakak dan orang tua.

Tahu apa jawaban mereka? Yak, betul!


NGGAK SAKIT KOK, CUMA KAYAK DIGIGIT SEMUT. MAK CENGKRING, GITU, TOK.


Ya, jawaban ini nggak sepenuhnya salah. Karena setelah berhasil disuntik vaksin dan merasakan sensasi "mak cengkring", bener sih, rasanya kayak digigit semut. TAPI LEBIH SAKIT, WOY!

pengalaman anak SD 90anSumber : radarmojokerto.jawapos.com


Nggak jarang, banyak dari temen-temen saya yang tiba-tiba nangis atau bahkan kabur karena nggak mau disuntik vaksin oleh petugas. Untung cuma ngumpet atau lari-larian di sekitar sekolah. Lah, kalau kaburnya sampai ke Surabaya kan bisa berabe? Apa iya harus nyari tempat vaksin Surabaya dulu biar mereka mau dan lolos imunisasi?

Kalau dulu mah, susah. Tapi sekarang, mau nyari tempat vaksin macam ini bisa lebih praktis dan mudah pakai banget. Kenapa? Karena saat ini telah tersedia aplikasi bernama Halodoc. Halodoc merupakan aplikasi yang bisa membantu para penggunanya untuk mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan secara mudah dan cepat hanya dengan menggunakan gawai yang mereka punya. Jadi, bisa hemat waktu dan….yah, segampang itu.

Layanan yang ditawarkan oleh Halodoc juga sangat komplit. Mulai dari konsultasi daring via chat, beli obat, buat janji dengan dokter, hingga cek laboratorium di rumah. Yang nggak kalah keren, ada lebih dari 16 ribu dokter yang sudah bergabung di aplikasi kesehatan ini. Bisa banget ini mah, kalau mau konsultasi daring sambil rebahan…

 

5. Ikut lomba di tingkat kecamatan.

Ini momen paling bikin seneng. Selain bisa “kabur” dari tanggung jawab dunia persekolahan (baca; belajar, belajar, dan ulangan), ikut lomba itu bisa menjadi salah satu kesempatan untuk mendapatkan uang jajan tambahan.

Pertama, jelas dari orang tua. Biasanya saat saya mau lomba, bapak akan memberikan uang jajan yang lumayan bisa buat hedon sekaligus foya-foya di lokasi lomba.

Kedua, tentu saja datang dari pihak sekolah. Dengan kedok amplop bernama uang transport, lembaran-lembaran rupiah yang saya terima, siap saya habiskan untuk menikmati jajanan pemuas nafsu duniawi.

Ya, kalau mau serius, sebenernya kesenangan yang saya dapat nggak hanya dua itu. Kesenangan yang paling berkesan, tentu saja saat saya berhasil membawa nama sekolah berada di daftar juara. Belum banyak sih. Karena dari beberapa lomba yang saya ikuti, baru dua cabang lomba yang sukses saya menangkan. Juara III lomba mata pelajaran IPA dan juara harapan II untuk lomba pramuka. Alkhamdulillah. Senengnya sampai ke ubun-ubun pakai banget waktu itu :)

____________________________________________________________

Jadi, apa momen berkesan versi kamu saat menjadi anak SD dulu?

You Might Also Like

51 comments

  1. Memang betul kang, paling enak jadi anak kecil, ngga mikirin kebutuhan hidup, yang penting ada duitnya buat jajan.

    Kalo kelas satu atau dua SD saya ngga terlalu hafal apa saja momennya.

    Kalo jajan sih betul, jaman dulu kan emang murah. Uang 200 bisa buat jajan cilok atau dawet.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berasa, hidup ya tinggal hidup, gitu aja kang. Nggak mikir aneh-aneh.

      Cilok iya, tapi kalau dawet, di sekolahku dulu nggak adavyang jualan.

      Hapus
    2. Betul kang, hidup rasanya nyaman biarpun kalo dipikir pikir zaman dahulu malah kurang jajan. Kalo sekarang banyak jajanan tapi banyak pengawetnya, malah ngga bagus.

      Tumben nih lama ngga update.😃

      Hapus
  2. Ngomongin jaman SD nggak ada yang berkesan sii, malah saya benci masa-masa SD, saya baru bisa menemukan diri sendiri itu saat SMP, jauh dari orangtua dan rumah membuat saya bisa mengekspresikan diri saya.

    Jaman SD mah saya nggak boleh main, pulang sekolah lansung makan, belajar habis itu disuruh tidur, saya bisa main kalau ngendap-ngendap lewat pintu belakang, wkwk.

    Betewe, itu uang seratus lama sama uang lima ratus lama saya masih punya lho, sengaja disimpan sampai sekarang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ikut berduka cita :(

      Saya juga. Seratus, lima ratus, seribu, sama sepuluh ribu kertas yang gambar Cut Nyak Dien masih saya simpan di dompet.

      Hapus
  3. Semuanya aku alami, termasuk wali kelas yang megang dua kelas dan yang ikut lomba tingkat kecamatan itu. Muehehehe. Kalau yang bilang disuntik itu sakitnya kayak digigit semut, aku selalu bilang iya, kayak digigit semut, tapi semutnya segede anjing hahahaha.

    Eh, jajan aku SD juga 200 perak. Kita berarti seangkatan ya wkwk.

    Anyway, di sekolahku dulu ada satu lagi. Kalau hari jumat atau sabtu gitu suka ada pembagian makanan sebelum pulang. Momen paling ditunggu-tunggu semasa sekolah itu ya itu, bukan belajarnya hahaha.

    Btw bridgingnya alus ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Angkatan lawas.

      Nama programnya PMT bukan, Man? Program Makanan Tambahan seingetku.

      Alhamdulillah, namanya juga usaha biar nggak ngiklan-ngiklan banget XD

      Hapus
  4. Dilihat dari lembaran warna uang yang beredar saat itu, kita seumuran nih mas 😁.

    Buatku ya, .. kata banyak orang masa SMA adalah masa paling indah.
    Tapiii .. ngga buatku.

    Paling berkesan, heboh dan nakalnya luar biasa ya aku pas SD, hahhaahaa!.
    Kalau diceritain kenakalanku (tepatnya jahil) ngga bakalan cukup dijadikan sepuluh lembar artikel.
    Ortuku saja jengkel bukan main lihat dan ngadepin laporan tetangga karena kenakalanku saat ditinggal kerja ortu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Angkatan lawas juga mas 😂

      Wah, parah ini. Saya selama SD mah, jadi anak baik-baik. Ya nakal, tapi nggak sampai bikin pusing tetangga dan orang tua *kayaknya*

      Hapus
    2. Wahahaa, kalau uang 100 rupiah kertas, aku pernah menggunakannya, rasanya sejak sebelum sekolah sampe kelas 1 SD. Itu sekitar tahun 2003. Tapi, saya yakin. Mas-mas sekalian, pasti usianya lebih senior dari sayaa ya heheh

      Hapus
    3. Ah masa sih, malah mas Dodo itu kayaknya seniorku deh.😁

      Hapus
  5. Momen berkesan saat SD sih banyak, mungkin yang palig aku ingat adalah ketika ikut lomba melukis sampai menjadi perwakilan tingkat kecamatan.

    Sd tahun berapa ini uang jajan 200 perak?hehe kalo gak salah aku sih dulu udah di 500-1000 rupiah. Masa dimana permen harganya 50 perak dan gorengan (bakwan dan teman-temannya) seribu dapat 4.

    Pernah ngalamin sekolah di renovasi, kelas jadi dipakai bergantian. Aku kebagian waktu masuk siang jam 9. Biasanya berangkat dari rumah tetep pagi, tapi pergi berenang dulu di kali sama temen sekelas.

    Masa-masa SD adalah masa dimana cita-cita hanya menjadi polisi dan dokter

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantap. Pernah ikut lomba melukis juga, tapi ya hanya sebatas jadi peserta penggembira foya-foya. Hahaha.

      Jaman lawas banget, De. Wkwk. Dulu rata-rata temenku juga 500-1000an. Berhubung, saya dikasihnya hanya 200, ya, jadi masuk kategori di bawah standar.

      Sama ternyata. Meskipun masuknya agak siang, tetep aja berangkatnya pagi. Biar bisa main-main dulu sama temen.

      Hapus
  6. momen berkesan gue saat sd kayaknya enggak ada yang enak deh
    salah satunya, liat temen gue pas kelas 6, digampar sama guru matematika
    hahahah
    sampai sekarang masih inget

    ternyata memang lebih tua sampeyan, mas wisnu
    pas gue sd, uang saku gue enggak pernah 200 perak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, kalau bukan loe yang digampar si guru, Zi 😂

      Ya, setua itu...

      Hapus
  7. momen paling berkesan adalah rangking 1 di kelas wkwkwk
    cuma sekali pas kelas 3 klo ga salah dan langsung minta beliin sepeda wimsekel

    tapi karena pas itu lagi krisis ya dibeliin sepeda bekas tapi kok ya seneng banget
    kalau masuk siang aku juga pernah mas dan pas kelas 2 juga
    tapi gurunya beda

    aku yg berkesan juga itu pakai wartel yang sekali telepon 300 perak
    cuma klo di bawah 10 detik gabayar
    jadi sering banget nelpon bapak buat jemput tapi cepet banget
    "Pak susul!" langsung tutup biar gratis wkwk
    subhanallah


    uang jajanku juga 300 tapi buat beli cabutan benang yg ada hadiah mainannya itu
    sama ibu dimarahi terus karena itu judi
    tapi ya gak kapok kapok hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berhubung sekolahku di desa, jadi nggak pernah nelpon di wartel. Pulang ya, pulang aja. Jalan kaki bareng temen-temen 😂

      Cabutan benang, yang kayak gimana ya? Aku taunya cuma lotere kertas yang ada nomor-nimornya itu. Yang dalemnya ada permen telur cicaknya sebiji.

      Hapus
  8. Peringkat 1 sampai kelas 4, turun saat kelas 5-6 jadi kedua. Lucunya, bisa lulus SD dengan NEM terbaik dari 3 sekolah (dalam satu gedung itu ada 3 tingkat, per tingkatnya beda-beda sekolahan: 01, 03, 05). :D Zaman SD soalnya masih belum terkontaminasi banyak hal. Main PS cuma hari libur. Beda sama SMP, saingannya banyak yang cerdas karena sekolah RSBI, udah gitu kecanduan warnet. Haha.

    Zamanmu itu 200 perak? Kamu lulus tahun berapa dah? Beda 1-2 tahun sama saya kayaknya, ya? Zaman saya 500 perak sih uang jajan SD. Itu pun harga nasi uduk atau nasi goreng masih 300. Hahaha. Es mambo gitu 100. Murah banget ya sekitar 20 tahun lalu. Pantas dulu uang THR 100-200 ribu berasa banyak banget. Sekarang 3 hari juga habis. Kalau ngirit seminggu. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Satu gedung ada 3 sekolah yang berbeda gitu,Yog?

      Merasa, setelah SD makin menurun gitu nggak sih, tingkat "kepintaran" kita ( tingkat kepintaran jare 😂)

      2005 apa ya. Kayaknya lulus 2005 sih *tua banget ya allah*

      Hapus
  9. Seluruh masa SD saya berkesaaaan. Kalau dibolehin balik waktu, mau ke SD lagi aja. Temen-temennya nyenengin (karna yg nyebelin w huehehe). Guru-gurunya juga maasyaaAllaah bangett, mendidik dengan cinta dan keteladanan (motto sekolah banget ini mah, tapi beneran kaya gini :)).

    Huhu, SD ga ada uang saku soalnya dapet jajan dr sekolah. Alhasil suka rogohin saku umik buat jajan makaroni pedes. Pulang sekolah beli pentol bumbu kacang, kalo dari jauh kelihatan dijemput, dibuang sebungkus supaya ga ketauan jajan xD

    Dari seluruh jenjang pendidikan paling deket sama temen dan guru SD :")

    Ey woelah samaan jobnya ._.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekolah yayasan kayaknya nih, kalau dapet jajan/makan dari pihak sekolah gini *ponakan ku ada aturan gini juga masalahnya hahahaha*

      Wah, saya malah udah lost contact sama temen-temen SD.

      Sama,tapi beda grup kayaknya Za XD — banyak banget yang dapet job Halodoc kayaknya

      Hapus
  10. Ini mah no debat debat club
    Jadi anak-anak emang enak, banget!
    Tapi ya tapi, jadi manusia tuh g ada puasnya, dulu pas aku kecil pingin gitu g dilarang-larang sama orang tua, soalnya dulu pas SD pingin banget mandi di kali, tapi sama mereka g boleh. Jadi bisa dibilang ini juga kenangan yang paling aku inget, ke kali abis pulang sekolah, g pake ijin gitu. Terus kalau aku inget-inget lagi, lah yang nyuci baju kan mereka, pasti mereka tahu aku abis mandi di kali, wkakakaka..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Untung rumahku deket kali, jadi saban hari mainnya juga di kali :D

      Hapus
  11. Seandainya waktu bisa balik lagi mungkin asyik ya mas, uang jajan juga sama 200 perak tapi itu udah banyak banget dapat makanan, karna jajanan masih ada harga 25 perak. Salam kenal mas.

    BalasHapus
  12. Inuuuuuuuuu, aku kok pingin ngelike kalimat iki 1000 kali yo, soale aku suka banget kata-katanya ---->
    "Nggak ada tuh, malem-malem bingung mikirin beban hidup. Apalagi sampai over thinking ngurusin hidup orang lain."

    Naiiniiii cakep nu hahhahaha


    Oiyatah nasi megono 300 perak? Isine apa ya kok aku lali?

    Asmane pak gurune sd kok sama ama guru sd ku ya nu hahhahahah
    Tapi aku wes mbatin sih nek wisnu bocah pinter, kelihatan soko raine wkwkkwkwk #iki ngalem temenan lo


    Eeeeetdah, buku siksa neraka iki aku paham banget, sik gambare kadang ana vulgar2 e udu toh, aku kelingan gambare medeni banget loh eneng setan iblis dan bentuk penyiksaane, dijuale jaman sd pulak ya, isih luih menakutkan dari cerita di majalah hidayah ujarku loh

    #disuntik cacar biyen sd jarene koyok digigit semut krangkrang, semut krangkrang blegedhes hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengalaman pribadi sih, Mbak Nit. Aku seringnya begitu kalau pas gabut dan malem-malem mau tidur. Over thingking.

      Ya, cuma nasi megono tok mbak. Nasi dicampur sama sayur gori, kasih parutan kelapa, dll.

      Pinter jaman SD tok. Makin kesini, ya makin biasa aja 😂

      Aslinya di blogpost ini juga tadinya ada gambar cover komik siksa neraka yang mbok maksud mbak. Tali habis itu tak edit. Takut berbau SARA. Kan berabe xD

      Hapus
  13. Jadi inget masa-masa saat SD juga. Jadi ngerasa nostalgia.

    BalasHapus
  14. Wkkk...ngakak aku mbaca postingan ini...

    Ngopo Yo mbien pas cilik pengen Ndang gede...giliran dah beneran gede, kepengen dadi bocah meneh😀😀 aku juga gitu soalnya...


    Pas kecil itu merdeka banget. Paling sedih klo pas lagi seru2nya main..eh, disuruh pulang makan atau mandi.

    Sekolah juga nyantai. Bawa bekal wajibnya bukan buku...tapi bawa tali karet buat main lumpatan/lompat tali.

    Imunisasi...klo kelas 1 katanya kayak digigit semut...klo kelas 6 pake dipanasin di api😀. Gara2 provokasi ini, ada lho temenku trus pulang...Trimo mbolos...ha..ha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku jaman bocah kepikiran pengen cepet gede nggak ya? Enggak sih kayaknya. Hahaha. Lupa.

      Bener. Apalagi kalau pas sore-sore lagi asyiknya main bareng temen-temen. Meh mbantah, takut kena marah. Mau lanjut main, juga salah.

      Aku dulu gambar kwartet sih. Wajib banget.

      Hapus
  15. relate bgt sama kehidupan anak kecil jaman dulu.. uang sakuku sedikit lebih besar, 500 rupiah, haha..

    komik siksa neraka, komik petruk, dan sejenisnya menghiasi hari-hari..

    tapi yang bagian imunisasi lupa bgt,, apakah imunisasi di sekolah atau sama orang tua..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama komik misteri-misteri dari hadiah chiki-chikian 500an itu ada juga kayaknya.

      Jajan Aries apa ya? Atau apalah pokoknya, jenis chiki-chikian 😂

      Hapus
  16. Sepertinya kita di generasi yang sama, di mana uang recehan begitu mantap sekali dipakai jajanan kantin sekolah.

    Belum lagi bazar buku yang bukunya buku siksa neraka atau bahkan komik petruk-gareng, asli! Seru parah.

    Tapi tiap generasi punya kenangan masing-masing emang sih ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dulu recehan bisa bikin kenyang perut. Sekarang, pol-polan cuma dapet permen 1

      Hapus
  17. Hahaha bener banget sih mas, waktu SD atau saat masih kecil emang sangat sangat sangat menyenangkan sekali... Apalagi kalau pas hujan itu bisa becek-becekan, main prosotan sama temen, main enggrang, main gundu, main umpet-umpetan, dan masih banyak lagi.. Permainan seperti itu dijaman saat ini udah jarang banget, apalagi gerobak sodor itu seru banget asli. Huaaaa kangen banget, itu sih berkesan banget hhha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gobak sodor dan kawan-kawannya... Udah nggak pernah lihat anak-anak sekarang mainan ini. Seringnya pada pegang hp, main game onlin, kalau nggak ya tiktok'an :(

      Hapus
  18. Kalau yang diceritakan diatas memang layak menjadi moment berkesan
    Kalau saya kayaknya punya kenangan sedih dan pahit
    Tas saja pakai tas plastik kresek
    Kaki tidak pakai sepatu
    Uang jajan, hampir tak dapat jatah
    Dah ah, tak perlu dikenang :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siapa tahu bisa jadi bahan cerita buat anak cucu.

      Momen nyeker kalau saya dulu misal pas musim hujan mas. Pulang sekolah daripada sepatu basah, mending dicopot terus cekeran sampai rumah :)

      Hapus
  19. 200 rupiah udah bisa jajan bakso, kenyang :9 kangen masa-masa itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bakso apa ini 200 rupiah? Bakso tanpa kuah? 😶

      Hapus
  20. HAHA, I can relate yang disuntik kek digigit semut itu. Pengen nampol yg bilang gitu aseli :v. Iya siiiihhh kek digigit semut, tapi ribuan semutnyaaaa :v.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tampol aja tampol!

      *Lah tapi yang bilang bapak-ibuk sama mbak sendiri. Takut durhaka saya*

      Hapus
  21. semua moment di atas ku rasain semua, Mas. wkwkwk
    paling berkesan sih jajan ketupat dan bakwan 100 perak sampai kenyang, trs paling deg2an kalau mau lomba tingkat kecamatan, abis itu diajakin makan bakso sama bu gurunya :D

    BalasHapus
  22. Tulisanmu mengingatkan masa kecilku yang indah.....

    Dulu ke sekolah naik angkot. Pulang juga naik angkot.

    Bahagia sekali rasanya

    BalasHapus
  23. kalo saya jajan kelas 1 SD hanya 50 perak. Bisa dapat dua buah es lilin :)

    BalasHapus
  24. Waktu sd yang berkesan adalah melawan guru karena katanya kukunya kepanjangan. Padahal kuku-ku kalau dipotong pendek malah bengkak dan dipake buat nulis sakit. Sisanya mah standar aja sih sama kaya tulisan ini hehehe~

    BalasHapus
  25. Ah, jadi terngiang kembali masa SD. Banyak pengalaman seru, suka dan duka, hahaha. Salah satu yang berkesan waktu ikut pondok romadon tiga hari di sekolah. Hahahaha

    BalasHapus
  26. pada poin pertama sepetinya semua yang pernah sd pasti merasakannya, poin kedua masih teringat saat uang dua ratus rupiah masih bisa digunakan untuk beli es. Poin ketiga sangat berkesan bareng kawan beli buku siksa neraka patungan saat bazar, satu yang baca lainnya denger. 😂

    BalasHapus

Yakin udah di baca? Apa cuma di scroll doang?
Yaudah, yang penting jangan lupa komen yes?
Maturnuwun ^^

FIND BLOGPOST

Total Viewers