4 Hari, Ke-Tilang 2 Kali

Senin, Desember 17, 2018

بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Pengalaman Ketilang Polisi

Pesan moral yang bisa saya petik dari kejadian ini adalah : nggak usah berandai – andai, mbayangin, bercita – cita, atau bahkan pengen merasakan hal – hal aneh merugikan, yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya. [titik]

Kenapa? Yakarna...... bisa kejadian beneran!

Saya lupa tepatnya kapan. Tapi intinya, beberapa hari sebelum kejadian tilangan pertama sepanjang hidup saya waktu itu, saya sempat berandai – andai dan penasaran, bagaimana rasanya kena tilangan dari para abdi negara berseragam sabhara ini, ya? Oh, sebuah “andai-andai” yang “blas ora bermutu” sekali, bukan?

Dan, yak! Dengan secepat kilat, Tuhan mendengar dan mengabulkan rasa penasaran “ora bermutu” saya itu…

Tilangan Part 1
Tanggal 12 Desember lalu, saya sempat mengantar kakak saya untuk mengikuti tes SKB CPNS di GRHA Sabha Pramana UGM. Berhubung beliau mendapat jadwal tes di sesi pertama, otomatis setelah selesai tes, waktu juga masih lumayan pagi. Yowes, setelah memenuhi hasrat beliau untuk foto – foto di depan GRHA Sabha Pramana, kami berdua kemudian cabut dan mampir ke Malioboro.

GRHA SABHA PRAMANA UGM
Panas banget padahal...

Perjalanan dari kampus UGM ke Malioboro sebenarnya lancar jaya tanpa hambatan suatu apa. Tapi tiba – tiba…

Mas, sini dulu, mas…

Seorang polisi dengan pakaian dinas berwarna cokelat serta rompi hijau cerahnya, telah berdiri santai sembari ngawe – awe (Bahasa Indonesia ne ngawe – awe opo, ya? Hahaha) saya untuk segera menepi di pinggir jalan, ketika saya menyalakan lampu sein dan belok kanan di perempatan Jalan Malioboro – Stasiun Tugu, menuju tempat parkir Abu Bakar Ali.

Kok perasaan saya jadi enggak enak gini?

Benar saja. Setelah saya menepi dan mematikan mesin sepeda motor, pak polisi tadi langsung menjelaskan kesalahan yang saya lakukan. Apa itu? Berbelok di tempat yang salah.

Lah, disitu nggak ada rambu – rambu di larang putar balik, kan, pak?

Sebagai terdakwa yang merasa tidak bersalah, saya membela diri dengan kata – kata di atas. Tapi percuma saja, karena hasilnya juga nihil. Apalagi setelah pak polisi ini mengeluarkan kalimat – kalimat yang semakin menunjukkan, bahwa saya benar – benar melanggar peraturan lalu lintas di kawasan itu.

Iya, tapi aturannya begitu, mas. Disitu nggak boleh belok kanan. Bolehnya disebelah baratnya sana. Sini, mampir pos (polisi). Tak buatkan surat tilang dulu.

HALAH... ≖‿≖

Bayar saja, bagaimana?
Berapa, pak?
Enam puluh ribu. Nanti setelah tak buatkan surat, bisa langsung bayar di Bank BRI situ.
Yaudah, pak. Tak bayar aja.

Sriiiiing…Dengan mudahnya, dua lembar uang kertas berjumlah enam puluh ribu rupiah, melayang begitu saja dari dompet saya. Tak apalah, daripada harus repot – repot datang sidang ke Jogja di kemudian hari. Tinggal bayar di BRI, selesai.

Terima kasih BRI. Kamu memang paling mengerti…
BRI...!!!??? Nempel di hati...

Hmmm... ≖‿≖

Sebuah tragedi yang lumayan bisa buat pelajaran juga, sih. Setelah kena tilang di perempatan Jalan Malioboro – Stasiun Tugu itu jadi tau, kalau disitu nggak boleh belok atau putar arah. Kalau males muter – muter jauh buat parkir di kawasan Abu Bakar Ali, mungkin alternatifnya bisa saja parkir di parkiran Pasar Beringharjo atau gang - gang kecil di dekat Malioboro. Tapi kemarin pas duduk di pos polisi sambil nunggu surat tilangan jadi, saya sempet liat beberapa pengendara motor yang tetep bisa "belok kanan” disitu, ding.

Hapie carane?

Sepeda motornya nggak mereka naiki atau kendarai, tapi di tuntun sambil jalan pelan – pelan, dan mesin kendaraan mereka matikan. Fufufu….jenius!

Aman?

Aman. Mereka nggak kena “semprit” atau tilangan sama sekali.

Tilangan Part 2
Tilangan kedua dalam minggu yang sama, terjadi hari Sabtu, tanggal 15 Desember lalu. Kalau ini terjadi bukan karena saya berandai – andai dan pengen ngrasain tilangan lagi itu seperti apa. Bukan!

Pure –murni, karena kecerobohan saya.

Ha, tilangan sing pertama mau opo yo udu karena kecerobohanmu, to, Nu….Nu…

Ngapunten, netizen *tak sungkem’i siji – siji*

Sungkem orang tua
Sungkem dulu...

Jadi hari Sabtu itu, saya akan berangkat ke Solo. Setelah pamitan sama bapak – ibuk di rumah, sepeda motor saya nyalakan. Dengan kecepatan 60 km/jam, sepeda motor produksi salah satu perusahaan asal Jepang ini melaju melewati jalanan beraspal, mengantarkan saya keluar dari jalanan desa menuju kota.

15 menit.

Iya, baru lima belas menit masuk di jalanan Purworejo kota, sepeda motor saya terpaksa harus berhenti dan menepi dengan cara yang hampir sama, seperti saat terkena tilang di Jogja.

Sini dulu, mas ––tentu saja pak polisinya sambil “ngawe – awe”

Ada SIM dan STNK?
Ada, pak.

Sampai momen ini, sebenarnya saya belum sadar jika saya melanggar aturan berkendara (lagi). Makanya, dengan santainya, saya mengeluarkan dua “jimat” penyelamat tadi tanpa dihantui rasa bersalah sekalipun.

Ini kenapa lampunya nggak dinyalakan?



A . S . T . A . G . A . D . R . A . G . O . N . . . . .!!!
Kenapa saya nggak ngecek lampu motor sebelum berangkat, ya Allah...


Sini, mas, tak buatkan surat tilang dulu  –––> Lemes saya, mendengar kata - kata ini.

Wisnu Tri Yulianto Arif, ya?
Iya, pak.

Alamat?
Itu di SIM ada, pak.

Plat nomor kendaraan?
Nggak apal, pak. Itu di STNK ada.
*Males baca apa bagaimana, bapak ini? Ha??? –––> Dalem hati tapi ngomongnya*

Pendidikan terakhir?
S-1

Umur?
Rahasia….
*kemudian di keplak pak polisi*

Selesai menuliskan data – data pribadi dan kesalahan saya di surat tilang, pak polisi yang bertugas di pagi itu kemudian menyerahkan lembaran kertas berwarna merah, sembari berkata dan mengingatkan saya :

Sidangnya tanggal 27, ya. Jangan lupa.


Bhaiq, pak! Bhaiq (T____T)
*apes bener idup guwe–siap - siap buang duit lagi ini buat sidang*

Pengalaman ketilang polisi

You Might Also Like

47 comments

  1. Itu kenapa Pak Polisi bilang Bank BRI, ya? BRI aja udah singkatan bank. Jadinya, Bank Bank Rakyat Indonesia. Wqwq.

    Kalau kata orang-orang, sih, pikiran emang bisa memengaruhi kehidupan. Ya, semacam semesta mendoakan keinginanmu yang penasaran pengin ketilang itu. Maka, besok-besok berpikirlah yang baik-baik. Hahaha.

    Padahal, diri sendiri juga sering ngawur pikirannya. Apalagi pas ikut lomba. Ah, paling yang menang itu-itu lagi orangnya. Jatuhnya, justru doain orang yang biasa menang. Lalu, kecewa sendiri. Mestinya diganti: kali ini pasti saya yang menang lomba. Wohoho. XD

    Itu emang lampu motormu belum otomatis selalu nyala ya, Wis? Motor-motor sekarang setahu saya malah enggak ada tombol buat matiinnya dan pasti nyala terus.

    BalasHapus
  2. Saya yang salah denger apa bagaimana ya? Sepertinya kemarin bilangnya begitu sih. Bank BRI. Hahaha

    Iya memang. Sepertinya harus mulai mensugesti diri dengan kalimat atau cita-cita yg positif saja. Stop berandai-andai hal aneh merugikan.

    Belom, Yog. Ini saya pakai Supra X 125 lawas, jadi kalau mau nyalain lampu utama kudu manual. Nggak otomatis macam motor matic sekarang.

    BalasHapus
  3. Hahahahak perempatan Jalan Malioboro – Stasiun Tugu itu emang polisinya galak nggak sih -_- saya pernah digiring ke pos, padahal waktu itu lampu masih ijo, tapi karena macet dan kebetulan pas merah itu saya berada di tengah jalan, eladalah digiring. Tapi saya ngeles dan protes dong. Sampai akhirnya ada satu mobil ikutan kena, saya dibebaskan. Mungkin, uang dari pengendara mobil lebih menggiurkan wkkwk.

    DEMI APA SEKARANG LAMPU MOTOR WAJIB DINYALAKAN? ._. wkwkw saya padahal jarang nyalain lampu motor loh, hemat aki wkwkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beruntung sekali anda, kisanak. Tidak sampai harus kehilangan uang 60 ribu hanya untuk membayar denda tilang :(

      Bukannya itu aturan udah lama kan ya?

      Hapus
  4. Aku daritadi mikir yang belok kanan ke Parkiran ABA yang sebelah mana? Deket Loko Cafe apa yang bunderan itu mas?

    Sering banget lho polisi di sana menggiring orang wkwk. Aku pernah kena di perempatan Gramedia, perempatan Sayidan Gondomanan, terus pos polisi depan MCD, Jalan Wates juga pernah.

    Pas ketilang rasanya nyesel-nyesel gimana gitu. "Oh mungkin aku kurang sodaqoh" batinku. Wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Loko Cafe sebelah mana mbak? Saya nggak paham *hahaha*
      Ini yang perempatan arah Pasar Kembang itu. Yang depannya dulu ada tulisan Jalan Malioboro "Plang Hijau" yang sering buat dijadiin spot foto turis - turis.

      Saya baru 2X ini (dan semoga hanya 2X ini saja) Aamiin.

      Hapus

  5. ((Andai-andai orak bermutu saya)), asli bahasa purworejo po solone ki bikin ku mesam mesem ngakak

    Nek sidang ki sebenere tetep mbayar juga rak sih nu? Penasaran aku

    Itu metode yg motore dituntun ngakak baaat dah, kok yo anda nda kepikiran bgitu, biar selamet tu 60 ribu busa buat jajan baso purang mangkok hahahaaa

    Btw mbake cantik euy, jadi salfok

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sempet browsing - browsing, tetep bayar mbak. Tapi nggak tau, tetep kena denda sesuai Undang - undang, apa bisa kurang *secara kan udah dateng sidang gitu ya?* Hhahahangarep tok wong iki senengane.

      Ya, karena saya nggak ngeh kalau di perempatan situ nggak boleh putar arah, makane dengan santai tak naik'i wae :(

      Padahal mah, mukane juga nggak ketok mbak.

      Hapus
  6. Kalau motor keluaran terbaru sih lampunya udah nggak bisa dimatiin. Cuman gue agak aneh, kenapa harus dinyalakan sih kalau siang hari? Kan terang. Mungkin ada yang bisa menjelaskan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin agar supaya....


      apa ya? Bentar, tak googling dulu, lah... XD

      Hapus
  7. wah sama, pertama kalinya setelah 2 tahun sha ketilang motor gegara lampu mati wkwkwk

    BalasHapus
  8. Dulu pas belum punya SIM saya malah pernah ketilang sehari 2x...gara-gara saya ngambil jalur damai sama pak polisi..
    Tilang ke 1 saya ngambil jalur damai ditempat sama pak polisi..

    Tidak berselang lama saya jalan lagi kena tilang lagi akhirnya saya pun bercerita kepada pak polisi kalau barusan saya juga kena tilang..lalu pak polisi menanyakan mana surat tilangnya? Ya saya gk ada..lha wong pake jalur damai ditempat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yang tilangan kedua, terus gimana mas? Sidang apa pakai jalur damai lagi?

      Hapus
  9. Bener tuh quot diawal. Kadang meski membatin saja bisa kejadian..

    Nyalain lampu emang paling sering kelupaan. Makanya mdak pernah saya matikan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya juga gitu saya. Nggak pernah tak matikan. Mungkin pas motor dipakai bapak / mbak, terus kebetulan sayajuga nggak ngecek.

      Hapus
  10. sabar mas, kadang manusia emang suka lupa wkwkwk karena sesuatu hal emang kadang fokus seseorang berkurang, jadinya lupa rambu lalu lintas

    BalasHapus
  11. Ampun bikin ngakak. Aku ingat cerita temanku, sebenarnya dia kena tilang. Eh begitu pak polisinya lihat SIM ternyata tetangganya sendiri. Gak jadi ditilang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lah, mujur banget itu, temenmu mbak.

      Andaikan polisi yang nilang saya kemarin juga jadi tetangga saya...

      Hapus
  12. Pesan moralnya akan saya ingat-ingat. Hohoho.

    Semoga nggak ada kejadian ditilang untuk yang ketiga kalinya, ya.

    BalasHapus
  13. wkkk...anggap zakat+sodaqoh. Aku yo udah pernah ketilang, setelah puluhan tahun ga kena tilang. jadi niat awalnya aku cuma mlipir di traffictlight...biar aku nyebrangnya gampang. sebentar make jalur mobil, ternyata di depan sudah diadang pak polisi. kena 100 ribu, bayar di tempat...soalnya klo nunggu sidang lamaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang suka begitu, pak polisi, ya mbak? Datang tiba-tiba, lalu mengejutkan pengendara dengan sebuah surat tilangan :(

      Hapus
  14. Hmmm... semoga bisa jadi pelajaran supaya lebih baik dalam berkendara lain kali.
    *apa sih sok bijak

    Sebaiknya aku hindari laki2 berprofesi sbg polisi... pinter banget cari2 kesalahan.
    Eh lah ._.

    BalasHapus
  15. Whahahha.. mantep mas... aku beberapa waktu lalu juga kena tilang di daerah Semarang.. ngga boleh belok kiri dg pedenya aku belok, padahal udah diingetin sma pedagang,, "mas enek polisi" batinku.. ahh paling cuma razia biasa. aku enek SIM dan STNK kok, spion, lampu dll aman... motor standar njeglek.. sliwirrrrr... "mas sini dulu mas.. SIM STNK ada.?" Jahahahaha.. "adalah pak..." ikut bapake disitu yaa dibuatkan surat tilang.. "Ehh salahku opo pak?" sampean ora rti ng kno ono rambu-rambu dilarang belok?" "Ora reti pak, aku wong Kendal." Yowes tetep wae ketilang. Wkwkw...
    .. -.-
    Tapi surat tilangku sing pas kae warnane biru sih mas...
    bayar 60rb via trf bank BRI, smpai di kejaksaan bayar lagi 20rb :-/

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lhakok podo kasus e. Hahaha...

      Aku kemarin yang di Jogja, habis bayar di BRI , langsung dikasih lagi itu SIM & STNK. Nggak ambil dan bayar 20ribu di kejaksaan.

      Hapus
  16. ngga apa apa mas itung itung kan bayar uang buat negara , halalin aja ,
    terus jadi pembelajaran juga itu buat labih ati2 lagi plus teliti dalam berkendara
    sama berndai andainya ke yg baik baik aja biar terkabul siapa tau kan

    BalasHapus
  17. Yang kedua kenapa gak bayar juga? Apes banget itu apeees. Masalah lampu lagi. Lama-lama pasti trauma denger kata

    "SINI TAK BUATKAN SURAT TILANGNYA DULU"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengen merasakan sidang tilangan itu seperti apa, sih, sebenernya. Huahaha...

      TRAUMA TINGKAT DEVVA

      Hapus
  18. itu yang jalan nyebrang rel yaa mas..?
    kalau iyaa, yaa berarti kita sama mas, pernah kena tilang gara-gara lewat jalan itu. hahhahaa

    terus pas di bekasi juga kena tilang gara-gara lampu lupa dinyalain...hahhahaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Bener mas. Di perempatan arah rel kereta.

      Hapus
  19. Mudahan tidak ada tilang yang ke tiga iya nu.

    Jd berapa dendanya kalau tidak hidupkan lampu motor, soalnya kalau siang hari aku juga sering lupa hidupkan lampu motor haha😂😁

    Kalau aku pribadi belum pernah ditilang, kalau sama kawan pas nebeng pernah, diikutin dari belakang sama polisinya karena tidak pakai helm dua, sudah lama sih itu, sekali aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin...

      Kemaren kena 35 ribu, Sep. Itu kalau (pura-pura) ikutan dateng sidang.

      Hapus
  20. Ngakak dulu boleh gak nih? kw kok lucu sig wis... wkwkwkkwwk

    BalasHapus
  21. Walah seumur idup belum pernah punya pengalaman ketilang polisi, alhamdullilah berkendara aman aman aja hehehehe, kapan kapan coba ah ketilang biar bisa ngerasain :v

    BalasHapus
  22. KENAPA SIANG HARI HARUS NYALAIN LAMPU? Plis ada yang bantu jawab? Biar ntar malem gue bisa tidur. Wkwkwkwkwkwkwk

    Btw, saya ngakak terus ini baca tulisannya. WKWKWKWKWKWK #TertawaDiAtasPenderitaanOrangLain #IyaIniHashtagnyaKepanjangan #UdahTau #Wkwkwwkwkwk

    *apaan sih Mike :v*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya juga kurang tau alasan utamanya buat apa sih. Belum sempat googling. Wkwkwk

      Hapus
  23. Wkakakaka..
    Asli deh habis baca ini jadi keinget keinginan nyeleneh jaman SMA yang pingin telat.
    Tapi pas mau dicocokin, kesannya kok apes banget kamu. Jadi kasihan kan akunya, hahahaha..
    Ini ada-ada aja, yang kamunya apes pas di belokan, yang kamunya g nyalain lampu, mungkin habis ini bisa lah selametan dulu, siapa tahu habis diikutin wali gara-gara punya keinginan nyeleneh

    BalasHapus

Yakin udah di baca? Apa cuma di scroll doang?
Yaudah, yang penting jangan lupa komen yes?
Maturnuwun ^^

FIND BLOGPOST

Total Viewers